Surat Untuk Cinta Pertama

Dear Cinta Pertamaku,

Sebenarnya, dulu, dengan polosnya aku sempat berharap kamu akan jadi yang terakhir. Namun, sekarang kita sudah sama-sama tahu bahwa itu tidak akan pernah terjadi. Karena... Ah, sudahlah.

Namun, tetap saja, aku merasa beruntung sempat jadian denganmu. Masa-masa ketika masih bersamamu, walaupun singkat—berapa lama? Sepuluh bulan? Tapi rasanya ramai, seperti makan rujak. Kadang manis, kecut, dan pedas.

Sekarang, setelah lama kita putus, izinkan aku untuk berkeluh kesah tentangmu. Nggak, aku nggak marah. Aku hanya ingin mengenang masa-masa "ngerujak" itu.

Hmmm.

Pertama kali aku melihatmu, di mataku, kamu adalah adik kelas yang sangat manis. Kulitmu sawo matang, dengan rambut sebahu yang terlihat halus, dan suara serak-serak sembermu yang menggoda. Entah bagaimana kita bisa saling kenal, aku lupa. Tapi yang jelas, buatku, kamu menarik dan aku menyukaimu. Walaupun mungkin tidak demikian denganmu, karena waktu itu kamu sempat curhat padaku bahwa kamu sedang naksir seseorang, yang kebetulan bukan aku.

Dan akhirnya kamu jadian dengan seseorang itu. Tapi tidak lama. Beberapa bulan kemudian, kamu curhat lagi padaku bahwa pacarmu menyebalkan, lalu kamu putusin.

Sejak itu, hampir setiap hari, kamu terus-terusan mengirim SMS untukku. Mengucapkan selamat pagi atau mengingatkan untuk sarapan atau semacamnya. Tau nggak? Belum pernah aku diperhatikan seperti itu. Aku jadi bertanya-tanya. Mungkin seperti ini rasanya punya pacar? Sungguh, perasaan yang aneh. Aku jadi sering senyum-senyum sendiri seperti orang stres.

Lalu empat bulan kemudian. Iya, EMPAT bulan. Setelah beberapa kali nonton bareng di bioskop dan keluar buat makan berdua, dan entah berapa SMS yang saling kita kirim, akhirnya aku memberanikan diri untuk "nembak" kamu. Secara ajaib, walaupun aku mengucapkannya dengan terbata-bata mirip orang gagap lagi kumur-kumur, kamu tetap menerimaku. Dan di momen itu, seperti ada kembang api yang meletup-letup di hatiku, saat melihatmu mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

Momen itu juga yang menjadi penanda tak terlupakan masa-masa indah dimulai.

Di minggu pertama, kamu tetap perhatian. Mengirim SMS setiap pagi dan mengingatkan agar tidak lupa makan, seolah kalau kamu nggak ngingetin, aku bakal mati kelaparan. Tapi aku bahagia. Perhatian kecil seperti itu membuatku merasa spesial.

Dan tepat sebulan setelah kita jadian, kamu mengirim sebuah SMS. "Selamat sebulan jadian, Sayang. Semoga kita langgeng ya. Aku sayang kamu." Lalu aku membalas. "Aku juga sayang kamu. Selamat sebulan jadian juga, Sayang." Begitu terus di bulan-bulan selanjutnya. Setiap tanggal 17.

Huft.

Aku pikir ritual itu akan bertahan sampai bulan keseribu, tapi ternyata tidak. Di bulan kesembilan, kamu sudah mulai menjauh, jarang mengirim SMS selamat pagi, dan tidak pernah mengingatkan sarapan lagi. Dan belum sempat mengucapkan "selamat sepuluh bulanan, Sayang", tiba-tiba kita sudah putus. Lalu kamu jadian dengan cowok lain.

Waktu itu, aku berpikir bahwa kamu JAHAT. Iya, kamu sangat jahat karena tega meninggalkan aku dalam keadaan masih sayang setengah mati sama kamu. Namun, malam itu, enam bulan setelah kita putus. Aku merenung sambil menangis di bawah kucuran air shower, dan mencapai satu kesadaran bahwa tidak ada yang bisa aku lakukan. Semua ini sia-sia, bagaimanapun, aku nggak bakal bisa bikin kamu sayang lagi sama aku. Aku nggak bakal bisa memaksa perasaan apapun yang dulu pernah kamu rasakan padaku, agar muncul lagi di hatimu. Jadi, di bawah kucuran air yang dingin itu, akhirnya aku sepenuhnya bisa merelakanmu, seolah semua sisa-sisa perasaanku padamu ikut luntur bersama air.

Sejak malam itu, aku berusaha menjalani hidup normal, berusaha merasa tidak patah hati. Sampai akhirnya aku dapat pacar baru, dan tempat yang kamu tinggalkan di hatiku kembali ada yang mengisi.

Begitulah...

Jika kamu kebetulan membaca surat ini. Semoga kamu bahagia. Ini betulan tulus. Semoga kamu bahagia.

Dan terima kasih untuk masa-masa indah yang sempat kamu berikan.


Bukan Siapa-Siapamu,

Rama.

Komentar

  1. Ebuset baper baper dah Ram. Gue gak dibikinin juga nih? :')

    BalasHapus

Posting Komentar