Belajar Sesuatu dari Film Gundala


Minggu lalu, entah hari apa aku lupa, akhirnya aku dan istri nonton film Gundala.

Filmnya bagus. Walupun nggak sempurna, tapi yah cukup membanggakan.

Super spoiler alert.

Ada tiga twist besar di film ini. 

Pertama, ternyata penjahatnya bukan Pengkor. Bukan. Penjahatnya adalah Ghani Zulham, anak buahnya Pengkor. Makanya nggak heran si Pengkor matinya cepet banget, tinggal didor aja sama si anggota DPR, Pak Ridwan.

Kedua, nggak ada beras yang terkontaminasi "Serum Amoral". Nggak ada. Justru penawar serum itu, yang diperdebatkan panjang lebar di DPR dan akhirnya disetujui untuk disebarkan, adalah Serum Amoral itu sendiri. Ah, pintar sekali bikin kejutan.

Ketiga, sebenarnya... SEMUA. Iya, sekali lagi.... SEMUA. Semua usaha si penjahat, mulai dari bakar pasar, meracuni beras dengan zat yang katanya Serum Amoral, perdebatan di DPR agar penawar Serum Amoral tidak disetujui tapi malah disetujui. Semuanya. Semuanya hanya untuk satu tujuan. Memancing Sancaka agar menggunakan kekuatan Gundalanya, untuk menghancurkan botol-botol Serum Amoral, yang sudah disetting oleh Ghani Zulham, agar mempunyai frekuensi yang sama dengan es yang mengurung kepala Sujiwo Tejo, alias Ki Wilawuk. Sehingga es itu pecah, dan kepala terkutuk itu bisa disambung lagi dengan badannya. 

Pintar sekali si pembuat skenario membangun jalan cerita yang mengejutkan seperti ini.

Ternyata... Si Sancaka sudah diincar sejak awal. Semuanya hanya settingan. Ghani Zulham memperdaya semua orang. Baik itu si penjahat, Pengkor, dan Gundala, si jagoan.

Begitulah.

Selain twist-twist tadi, ada juga pelajaran yang bisa kita petik dari film Gundala.

Seperti pesan Awang untuk Sancaka. "Jangan campuri urusan orang lain. Maka kamu akan selamat." Awang berpesan begitu karena dia masih terlalu muda, tapi sudah mengalami banyak penderitaan. Dipukuli orang tua asuhnya, dan harus bertahan sendiri di jalanan. Namun, Pak Agung, yang lebih dewasa dan matang juga berpesan pada Sancaka. "Percuma hidup kalau tidak membantu orang lain." Begitu kata Pak Agung, sesaat sebelum dia menyelamatkan seorang copet yang akan dihajar massa. 

Dari dua pesan itu, kalau dipikir-pikir, keduanya ada benarnya. Namun, pengalaman hidup Pak Agung tentu lebih banyak dibanding Awang. Mata Awang belum terbuka, sehingga belum bisa melihat dengan jelas. Sedangkan Pak Agung sudah pernah muda, sudah pernah mengalami masa-masa menyakitkan seperti Awang, namun segera sadar bahwa cara menjalani hidup yang berarti itu bukan hanya untuk menyelamatkan diri sendiri, tapi juga untuk membantu orang lain.

Seharusnya judul film ini bukan "Gundala", tapi "Pak Agung". 

Dan ada satu lagi pesan moral lain yang sangat mendalam dalam film ini. Kalau sedang lapar, nggak peduli sedang semarah apapun kamu, jangan pernah buang-buang makanan. Atau kamu akan terpaksa mengais-ngais makanan itu di jalanan tanah yang kotor.

Dari dua jam tiga menit film Gundala, bagian awal, ketika Sancaka masih kecil, yang menurutku dapat banget emosinya. Selebihnya, waktu Sancaka sudah dewasa, semuanya serba instan. Mulai dari preman-preman yang terlibat konflik dengan pedagang, pertengkaran antar legislator, serum-serum yang disuntikkan ke beras, Sancaka yang menyadari kekuatannya setelah dilempar dari atas gedung oleh preman-preman, Sancaka bikin baju Gundala dari antena TV dan barang-barang bekas yang lain, munculnya anak-anak angkat Si "Bapak" Pengkor yang banyak banget untuk ngeroyok Gundala, yang ketika itu Gundala belum sempat dicharge petir (belum turun hujan) jadi masih lemah.

Lalu Pak Agung bilang. "Kekuatan sebenarnya ada di dalam diri kamu." Kok Pak Agung bisa tau ya? Siapa sebenarnya Pak Agung ini? SIAPA??? SIAPA???

Terus Si Gundala, secara tiba-tiba, menyadari hal itu. Dan mengeluarkan petir dari dalam tubuhnya sendiri, tanpa menunggu petir dari langit.

Lalu di bagian akhir, muncul sesosok cewek cantik yang mirip Pevita Pearce, membantu Gundala membanting mobil yang digunakan untuk mengangkut botol-botol Serum Amoral laknat itu.

Yah, begitulah.

Keinstanan beberapa bagian dalam film Gundala, tentu bisa dimaklumi, karena film Gundala dibuat bukan hanya untuk menceritakan tentang Gundala, tapi juga untuk membangun semesta Bumilangit Cinematic Universe. Gundala bertugas membuka jalan bagi film-film jagoan lainnya di bawah semesta yang sama, bagai anak pertama yang berkorban banyak demi adik-adiknya.

Sekian dulu pembahasan dari saya. Semoga bisa mencerahkan. Jika ada yang mau menambahkan, silahkan tulis di kolom komentar.

Komentar